Minggu, 22 Juli 2012

Gak Boleh Tanggung

1043_2_723_2012_ Pekan pertama awal tahun pelajaran, kita para guru (kita? Lo kali gw mah kagak ;p…) masih banyak yang menghadapinya dengan bingung antah berantah mau memulai dari manah yah payah alias sindrom bada liburan begitu menghantui. Tidak guru tidak muridnya, terkena hal yang tidak jauh berbeda terutama murid-murid lama. Namun hati-hati, murid baru boleh jadi berbeda. Dalam amatan saya di sekolah, ternyata siswa baru yang notabene memilih sekolah atas kesadaran sendiri sangat antusias mengenal medan di sekolah tersebut sejak hari pertama.  Sangat gawat bin kacau jika guru yang masuk di kelas murid baru membawa aura libur mereka ke kelas, tak perlu ditebak juga ketahuan selanjutnya seperti apa. 

Nah, biasanya di saat-saat repot seperti itu guru mengisi pekan pertama dengan kontrak belajar dan pengenalan materi selama satu semester atau pretes. Bagi murid baru tidak akan terlalu mengalami hambatan besar. Ditawarin kontrak belajar sperti apapun biasanya mau saja haha.. tapi tunggu, untuk murid kelas lanjutan boleh jadi itu adalah sesuatu yang udah taka sing. Ditambah lagi kalau murid-murid tersebut sudah tahu kelemahan sang guru, siap-siap saja banyak protesnya. 


Dari semua itu ada yang kadang terlupakan oleh guru yang menurut saya pribadi itu penting. Menjaring isi hati mereka tentang pelajaran yang guru bawakan. Sekedar curhat? ya tinggal ngobrol saja. Oh, tentu tidak! Apa saja yang bisa kita gali dari murid kita di awal pertemuan?


  • Bagaimana pengalaman mereka selama ini belajar tentang pelajaran misalnya Matematika. Kata beberapa orang (karena saya yakin ga banyak) belajar matematika itu pusing, ribet, ga manfaat, bosen, bahkan ada yang muntah-muntah dibuatnya (ckckck…). Hal seperti itu perlu kita gali dari murid kita supaya kita tahu titik-titik sensitif (wow...) dari pelajaran yang kita bawa.
  • Bagaimana gambaran harapan mereka tentang pembelajaran yang sama di kelas yang baru. Apa yang mereka ceritakan tentang poin ini dan poin sebelumnya menggambarkan kondisi psikologis mereka di setiap pelajaran yang kita bawa. Dengan poin ini kita telah membuka pintu-pintu harapan di hati murid-murid kita. Mereka merasakan keterbukaan dan kebebasan untuk berekspresi kepada gurunya. Tentu saja itu akan memudahkan guru untuk mengenali anak didiknya. Murid pun akan merasa kita akan mewujudkan apa yang mereka harapkan. Kalau bisa, kenapa tidak?
  • Menjaring skala harapan atau target nilai mereka untuk pelajaran yang kita bawa. Jangan salah, bukan hanya kelas 6 SD, kelas 9 SMP, atau kelas XII yang memerlukan ini, mentang-mentang mereka akan menghadapi kelulusan. Kelas di level bawah pun perlu membiasakan ini. Anak didik akan terpacu dengan target mareka dan kita pun sebagai guru akan berupaya memberikan yang terbaik untuk mengantarkan mereka pada target yang diharapkan. Ingatkan anak didik kita bahwa membuat target nilai itu ga boleh tanggung.
  • Tidak lupa meminta anak didik kita memikirkan cara mereka mencapai target tersebut. Bagian ini penting supaya anak didik tidak sepenuhnya mengandalkan guru, tapi mereka sadar bahwa upaya dari diri mereka sendiri pun sangat dibutuhkan bahkan bagian yang paling penting.
  • The last, mintalah murid kita menuliskannya di halaman terdepan buku catatan mereka dengan pengemasan sesuai gaya mereka masing-masing. Dan untuk target nilai murid-murid boleh menempelnya di dinding ruang kelas atau kamar mereka. Ya dimana saja yang mungkin mereka temui deh…buat semenarik mungkin, sedahsyat mungkin.

Nah, teachers…semangat menambang permata-permata dalam diri anak didik kita. Yuk, kita berbagi dengan banyak berdiskusi tentang potensi anak didik kita. Salam cinta ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar